Sesirih Kapur
Stabilitas Emosi dan Perpecahan
Seminar Musik Gerejawi
Pelayanan Komisi Remaja ke Pos PI Sawahan
Seputar Natal Pemuda Remaja
Open Air
BasketBall Exhibition
Tips Membaca TIMESS dengan Baik
Pojok Pembaca
Just for Fun
|
Stabilitas Emosi dan Perpecahan
oleh Ev. Elia Chia, M.Div.
Masalah-masalah yang sering dihadapi oleh remaja dan pemuda adalah bagaimana caranya
mengontrol emosi. Emosi ini begitu sukarnya dikontrol karena gejolak darah muda dan tingginya ke-ego-an
pada remaja dan pemuda. Gejolak emosi mengakibatkan banyak sekali dampak-dampak
yang tidak sehat yang seringkali menjurus ke arah tawuran, perpecahan, dan ketidakseimbangan
sosial dan lingkungan.
Bagaimanakah caranya agar kita dapat menguasai emosi itu? Apakah emosi itu dengan
sendirinya adalah dosa?
Emosi sendiri sebenarnya adalah sesuatu yang wajar dari diri seseorang. Yesus yang
memiliki emosi seperti halnya kita semua, sempat emosi dengan orang-orang yang berjualan di Bait
Suci dan mengusir mereka keluar dari tempat itu, dan Ia mengatakan, "RumahKu akan disebut rumah
doa tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." (Mat 21:12-13; Luk 19:45-46; Yoh 2:13-22).
Paulus emosi atas perbuatan Aleksander, tukang tembaga, dan mengatakan, "Tuhan akan
membalasnya menurut perbuatannya." (II Tim 4:14-16).
Emosi akan menjadi tidak wajar, seandainya dalam emosi kita memberikan tempat dan
kesempatan kepada iblis (Ef 4:27).
Kita akan melihat contoh dari Tuhan Yesus sendiri ketika Ia diuji oleh iblis di padang gurun
berulang kali selama 40 hari 40 malam di dalam Mat 4:1-11.
- PERCOBAAN UNTUK MENGHANYUTKAN EMOSI MENURUT SITUASI DAN KONDISI
- Di dalam pencobaan mengubah batu menjadi roti, terkandung suatu pencobaan yang
melibatkan emosi Tuhan Yesus, yaitu emosi yang mudah terbawa sesuai dengan situasi dan kondisi.
Pencobaan seperti itu tidak mudah dihadapi, dan sudah banyak orang yang emosinya terbakar dalam
situasi yang demikian. Jikalau situasi baik, emosi kita baik, tetapi jikalau buruk, kitapun menjadi
buruk. Jikalau ada tantangan, emosi kita pun terbawa sesuai dengan pasang surutnya tantangan
tersebut. Hal ini akan membawa banyak akibat dan kesedihan.
Yesus tidak membiarkan iblis untuk mempergunakan emosi-Nya yang sudah sangat
menderita selama puasa itu. Sebaliknya Yesus memakai Firman Tuhan sebagai perisai untuk
melindungi emosi-Nya supaya tidak terbawa oleh arus pencobaan.
- PENCOBAAN UNTUK MENGHANYUTKAN EMOSI KE-AKU-AN
- Ke-aku-an adalah aspek emosi yang sukar sekali dibuang dari diri kita. Sukar bagi kita untuk
menjaga supaya ke-ego-an dalam diri kita dibuang. Yesus sendiri tidak membiarkan iblis untuk
menggunakan emosi ke-aku-an untuk mecobai-Nya. Yesus sendiri tidak memiliki ke-aku-an dalam
diriNya karena bagi Yesus yang paling utama adalah "melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku
dan menyelesaikan pekerjaanNya" (Yoh 4:34)
- PENCOBAAN UNTUK MEMPEROLEH KETENARAN DAN HARTA
- Keadaan emosi yang mudah terbawa atau ingin menuju ketenaran dan harta sudah
menghanyutkan dan membinasakan banyak orang, karena di balik itu bersembunyi kedok iblis yang
samar-samar tetapi pasti dan perlahan-lahan mencengkeram untuk membinasakan. Yesus Kristus
tidak membiarkan diriNya dicobai dengan permainan emosi, melainkan dengan Firman Allah Ia
mengusir iblis.
Jadi jangan biarkan diri kita dikuasai oleh berkecamuknya emosi pada masa remaja dan
pemuda ini yang akan membawa ke arah ketidakpuasan, egoisme, dan perpecahan. Sebaliknya
biarlah kita belajar dari Tuhan Yesus dengan membiarkan Firman Tuhan menguasai hidup kita
sehingga dengan demikian kita akan dapat mempergunakan emosi kita bahkan segenap diri kita
untuk melayani-Nya bagi persatuan tubuh dan kemuliaan Kepala kita yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Perkataan Yesus bahwa mengasihiNya dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi, yang tentunya
mencakup emosi kita, kiranya juga keinginan kita yang paling utama.
|