| Home | News | TimeSS | Alumni | GuestBook | Comments | Links |
TimeSS |
Edisi 01 - November 1997 |
Stabilitas Emosi dan Perpecahan Seminar Musik Gerejawi Pelayanan Komisi Remaja ke Pos PI Sawahan |
Seminar Musik Gerejawi
Beskalan, Yogyakarta (8/11) Komisi Pemuda bekerjasama dengan Komisi Remaja menggelar seminar dengan tema "Terobosan Baru Musik Gerejawi di Indonesia" dengan pembicara Bp. Ir. Tri Priyo Sanyoto, M. Div. dan Sdri. Susan Grace, S. MG sebagai moderator. Tujuan dari digelarnya acara tersebut adalah agar jemaat pemuda dan remaja GKKK dapat mengetahui lebih jauh mengenai warna musik (jenis, corak, dan aliran musik) apa saja yang boleh dipakai sebagai musik gereja dan boleh didengar. Sebab selama ini banyak kecenderungan orang harus adu pendapat mengenai warna musik yang boleh masuk dan boleh digunakan di gereja dan parahnya mereka tidak mengetahui dasar yang tepat sehingga tidak mengetahui ujung pangkal permasalahan tersebut. Memang dalam Alkitab tidak disebutkan mengenai warna musik yang harus dipakai sebagai standar dalam ibadah. Alkitab hanya berbicara bahwa fungsi musik sebagai ibadah dan pelengkap saja, dimana peran utama musik dalam ibadah untuk mengarahkan jemaat agar tertuju pada hadirat Tuhan. Perlu diketahui bahwa ibadah adalah pengakuan terhadap martabat Allah Yang Maha Tinggi, sedang dalam ibadah terdapat liturgi yaitu kegiatan melibatkan banyak orang untuk diarahkan agar tertuju pada hadirat Allah. Arti kedua hal tersebut tidak dapat dicampuradukkan, sebab pengertian ibadah dari dulu hingga sekarang tidak mengalami perubahan, sedangkan liturgi berubah-ubah mengikuti zaman. Selaras dengan berkembangnya gereja dari zaman ke zaman, warna musik yang digunakan dalam ibadah pun mengalami perubahan dan perkembangan serta membawa ciri khas sendiri-sendiri sesuai zamannya, menjadikan beragamnya warna musik tersebut. Di zaman globalisasi ini, aliran musik semacam jazz, rap, techno music, rock, alternatif tidak asing lagi kita dengar, namun pertanyaan besar yang timbul bagi umat Kristiani adalah bolehkah musik semacam itu didengar dan dikonsumsi? Dan bolehkah aliran musik semacam itu masuk dan digunakan dalam lagu-lagu gereja dalam ibadah? Untuk mencari jalan keluarnya dan jawabannya maka harus memperhatikan beberapa hal yang dapat menyamakan pandangan atau persepsi sehingga tidak menimbulkan perdebatan dan salah paham yaitu bahwa warna musik yang digunakan di sini hanyalah sebagai apresiasi dan seni, namun bukan berarti harus mengabaikan hati. Sebab jika sebuah musik mengabaikan hati dan hanya memperhatikan seni maka akan memberhalakan musik, demikian pula sebaliknya jika hanya memperhatikan hati dan mengabaikan seni maka akan menciptakan kebosanan. Selain itu jemaat dapat menerima dan mengerti bahwa musik hanya sebuah alat dan mau menerima kreatifitas serta terbuka pada hal-hal yang baru sehingga dapat mengakui keberagaman warna musik sebagai anugerah dari Allah. Dengan demikian jemaat dapat memahami keragaman musik, namun satu dalam Roh bukan berarti harus satu dalam seni sehingga jemaat dengan hati terbuka dapat bernyanyi untuk Tuhan. Dan jika musik digunakan dengan benar yang di dalamnya mengandung Firman Tuhan serta syair yang Alkitabiah, maka akan sangat berguna dan mendukung bagi pertumbuhan iman kerohanian. Dan sebagai kekuatan yang bersifat alamiah, musik secara umum dapat menjadi berkat bagi gereja serta jemaat atau juga sebaliknya menjadi kutuk, sebab si iblis juga tidak akan tinggal diam melihat perkembangan musik yang ada dan akan mempergunakan musik itu untuk menjatuhkan dan menjauhkan umat percaya dari Tuhan dan akan menciptakan suatu kondisi dimana musik gereja diabaikan bahkan ditinggalkan. Jadi ketika jemaat merasakan musik gereja yang dinyanyikan atau didengar tidak menjadi berkat, pada umumnya terjadi karena terhambatnya komunikasi antara pendengar dan yang membawakan atau ketika Tuhan ingin berbicara melalui musik, jemaat tidak tanggap atau tidak bisa merespon untuk membuka hatinya. Untuk dapat merasakan dan menerima berkat daripada musik gereja yang dinyanyikan atau didengar, maka diharapkan supaya jemaat lebih peka untuk merespon serta baik yang mendengar atau yang membawakannya perlu membuka hatinya kepada Allah. Dan ada baiknya untuk menghindari subyektifitas dalam memilih suatu musik atau lagu perlu dibentuk suatu kelompok khusus yang menangani sehingga fungsi musik tetap pada jalur yang benar yaitu mengagungkan nama Allah. Jadi dapat ditarik kesimpulan tentang pertanyaan boleh tidaknya orang Kristiani mendengar, menyanyikan atau memajukan bahkan memasukkan warna musik duniawi sebagai bagian dari musik gereja adalah tergantung dari pengertiannya dan dapat menyamakan persepsi tanpa menyinggung orang lain dan penggunannya hanya terbatas sebagai apresiasi saja serta sebagai bahan pembanding demi peningkatan musik-musik gereja yang tujuannya memuliakan Allah. Amin (J-FREE) |
| Home | News | TimeSS | Alumni | GuestBook | Comments | Links |